Sabtu, 08 Desember 2012
Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik
antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara
kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana
setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima.
Rasa solideritas, toleransi, tenggang rasa, sebagai bukti kuatnya ikatan
itu.
Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka atau prejudice berasal dari
kata latian prejudicium, yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan
sebagia berikut :
a. Semula diartikan
sebagai suatu presenden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang
lalu
b. Dalam bahas Inggris
mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yagn
cermat, tergesa-gesa atau tidak matang
c. Untuk mengatakan
prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur-unsur emosilan (suka atau tidak suka)
dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Prasangka yaitu
suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat
tanpa suatu induksi.
Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”.
Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu. Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan
sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Diskriminatif
merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya
diketahui oleh diri individu masing-masing.
Prasangka bisa diartikan suatu sikap
yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat,
sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu
menyederhanakan) terhadap sesuatu realita.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan,
kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan
diskriminasi
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu
kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri
sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok
ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme
merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai
kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri.
SIKAP DAN PRASANGKA
Sikap menurut morgan (1966)
adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif, terhadap
orag, obyek, atau situasi.
Sikap mempunyai komponen-komponen, yaitu :
a. Kognitif : artinya
memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya terlepas pengetahuan itu benar
atau salah
b. Afektif: artinya
dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosinal (setuju-tidak setuju)
mengenai objeknya
c. Konatif: artinya
kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari
bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) samapai pada yang aktif (tindakan
menyerang)
Pertentangan-pertentangan
sosial / ketegangan dalam masyarakat
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu
yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah
:
1. Elimination; yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn
diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri
2. Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Mjority Rule
artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent;
artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama
5. Compromise; artinya
kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
6. Integration;
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
Sumber:
http://nengmamaicuiitzzcuiitzz.blogspot.com/2011/12/bab-8-prasangka-diskriminasi-dan.html
Kamis, 03 Mei 2012
Contoh Manusia dan Harapan
Contoh Manusia dan Harapan
Contoh manusia dan harapan dalam
kehidupan sehari-hari :
- Bagi seorang anak kecil pun dapat mempunyai harapan dalam dirinya, misalkan saja seorang anak mempunyai harapan untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya serta orang disekitarnya pada saat dia ulang tahun. Untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya dia dapat melakukan meminta langsung terhadap orang tuanya.
- Bagi seorang remaja mengharapkan orang yang dicintainya dapat menerima cintanya dan menjalin suatu hubungan. Dari hal yang diharapkan tersebut dia dapat melakukan hal-hal yang dibilang tidak masuk akal pun dilakukan hanya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari pasangannya itu.
- Bagi seorang pelajar, misalkan dia menginginkan mendapatkan nilai bagus dan dapat lulus dengan nilai yang baik, maka dia dapat melakukan beberapa hal untuk mendapatkan nilai terbaik itu, contohnya saja dengan cara belajar dengan baik, giat dan serius. Meminimalisir kegiatan bermain.
- Bagi seorang dewasa, misalkan saja seseorang yang berharap naik pangkat dari pekerjaanya. Dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi terhadap pekerjaanya dan berperilaku baik dalam kesehariannya agar dapat mencapai yang telah diharapkannya.
- Dari seseorang yang telah berusia lanjut, mereka juga punya harapan terakhir. Misalkan terhadap yang sudah ingin meninggal biasanya memberikan suatu pengharapan lewat surat wasiat yang diberikan kepada keluarganya berupa pesan dalam hal harta atau apapun.
Faktor Faktor Manusia dan Harapan
Faktor Faktor Manusia dan Harapan
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
• Dorongan
kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam
diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis,
bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya.
Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya
menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang
menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan
agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan
kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan
tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat
manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali
perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki
budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut
tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui
lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dcngan budinya manusia dapat mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia
masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup
bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan
kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
•
Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup.
Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan
fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia
mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
a) kelangsungan hidup (survival)
b) keamanan ( safety )
c) hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) diakui lingkungan (status)
e) perwujudan cita-cita (self actualization)
Kepercayaan
Kepercayaan
berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan
yang dimilik seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri,
melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas
orang lain itu disebabkan karma orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki
bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya
atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu
disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai
pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam
agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan
oleh Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi
kebenaran itu ada yang melebihi besamya . Kepercayaan dalam agama merupakan
keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri
menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan
orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Teori
Kebenaran
• Teori
Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Gejala-gejala
alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan
lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa
karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke
tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek
yang dapat ditangkap indera. Perbedaan sensivitas tiap indera dan organ-organ
tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris.
Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam
menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta
yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif.
Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat.
Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern
seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang
bersifat massal.
Keberhasilan
ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika
berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia-
membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis
filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena
merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri
kehidupannya secara utuh.
• Teori
Kebenaran Koherensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada
kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai
dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara
logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang
lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling
berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika.
Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja,
tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata
lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan
pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui
kebenarannya.
Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi
sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan
dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata
yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi
menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan
merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang
hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian,
sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme
berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan yang
tersembunyi dalam kepribadiannya.
Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan
indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan
rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman
yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik
dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik
dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas
dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang
berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia
yaitu kebahagiaan.
• Teori
Kebenaran Pragmatis
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide
dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar
tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau
teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan
harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku
atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful)
dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para
pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences).
Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak.
Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari
keuntungan-keuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu
pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan
kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa
jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari
manfaat sebesar mungkin bagi manusia.
Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai
disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling
padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan
manusia. Pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri,
tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab
oleh ilmu pengetahuan yang materialis-pragmatis tanpa referensi kepada
nilai-nilai moralitas.
Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis
ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah
kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan
freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya
nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu
pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah
segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan
kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian
dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari
aspek-aspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua
krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat
modern yang materialis-pragmatis.
Jenis-Jenis Manusia dan Harapan/Kepercayaan
Jenis-Jenis Manusia dan Harapan/Kepercayaan
Dasar
kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu
dapat dibedakan atas :
•
Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya
pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada
diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu
mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
•
Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua,
guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya
ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap
kebenarannya. Ada
ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
•
Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya
Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung
memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik
kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada
negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada
negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis
negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena
itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada
negara/pemerintah.
•
Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan
manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan
berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting,
karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak
mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang
mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar
mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab
Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya
zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat
tersebut.
Sumber:
http://skyrider27.blogspot.com/2010/06/manusia-dan-harapan.html
http://raitosun.blogspot.com/2011/04/manusia-dan-harapan.html
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Truth
Pengertian Manusia dan Harapan
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda,
biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai
harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang
itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan
berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan
usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan Bila dibandingkan dengan cita-cita
, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan cita-cita
pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar harapan dan cita-cita terdapat
persamaam yaitu :
• keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
• pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
• keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
• pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Persamaan
Harapan dan Cita-cita
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud,
maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena
usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita
merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu.
Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi netpreneur yang sukses, ya… harus di
sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan
target waktu sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan
terealiasasi.
Dari
kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan
adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan
bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita
yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas,
inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung
tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk
menghayal yang tidak-tidak.
Dalam
bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa
dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang
punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress,
lalu gagal snmptn / spmb kedokteran dia stress, dan seterusnya.Tidak semua
orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka
bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak
dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar
cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau
melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
Sumber
: http://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.html
Contoh Kasus Manusia dan Keadilan
Perbuatan buruk manusia terhadap
lingkungannya pun dapat menimbulkan bagi penderitaan bagi manusia yang lainnya.
Tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari karena perbuatannya lah yang
menimbulkan penderitaan pada manusia yang lainnya.
Kebanyakan manusia baru
menyadari kesalahannya ketika bencana yang menimbulkan penderitaan bagi manusia
yang lainnya itu sudah terjadi.
Contohnya :
Musibah banjir dan tanah longsor
di lampung selatan bermula dari penghunian liar di hutan lindung, kemudian
dibabat menjadi lahan tandus dan gundul oleh manusia – manusia penghuni liar
itu.
Faktor-Faktor Manusia dan Keadilan
Faktor-faktor lain yang melatarbelakangi suatu keadilan antara
lain :
1. 1. Kejujuran
Kejujuran atau jujur
artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang
dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu
adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih
hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang
dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji
atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung
dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Seseorang yang tidak
menepati niatnya berarti mendustai diri sendiri. Apabila niat telah
terlahirdalam kata-kata, padahal tidak ditepati, maka kebohongan disaksikan
orang lain. Sikap jujur perlu dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran
mewujudkan keadilan, sedang keadilan menuntut kemulian abadi, jujur memberikan
keberanian dan ketentraman hati, agama dengan sempurna, apabila lidahnya tidak
suci. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat merugikan, serta
jangan pula pendusta, walaupun dustamu dapat menguntungkan.
Barang siapa berkata jujur
serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar.Orang
bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada oarang pandai yang lacung. Barang
siapa tidak dapat dipercaya tutur katanya, atau tidak menepati janji dan
kesanggupannya, maka termasuk golongan orang munafik sehingga tidak menerima
bel;as kasihan Tuhan.
Pada hakekatnya jujur atau
kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan
adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.
Adapun kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri karena kita
melihat diri kita sendiri berhadapan dengan hal baik buruk. Disitu manusia
dihadapkan kepada pilihan antara halal dan yang haram, yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan, meskipun dapat dilakukan. Dalam hal ini kita melihat
sesuatu yang spesifik atau khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada soal
tentang jujur dan tidak jujur, patut dan tidak patut, adil dan tidak adil.
Kejujuran bersangkut erat dengan
masalah nurani. Menurut M. Alamsyah dalam bukunya Budi nurani, filsafat
berfikir, yang disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan
manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran, ketulusan dalam
meneropong kebenaran Moral maupun kebenaran Illahi. Nurani yang diperkembangkan
dapat menjadi budi nurani yang merupakan wadah yang menyimpan keyakinan. Jadi
getaran kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu keyakinan,
dan atas diri keyakinan maka seseorang diketahui pribadinya. Orang yang
memiliki ketulusan tinggi akan memiliki kepribadian yang burukdan rendah dan
sering yakin pada dirinya . karena apa yang ada dalam nuraninya banyak
dipengaruhi oleh pikirannya yang kadang-kadang justru bertentangan.
Bertolak ukur hati nurani
seseorang dapat ditebak perasaan moril dan susilanya, yaitu perasaan yang
dihayati bila ia harus menentukan pilihan apakah hal itu baik atau buruk, benar
atau salah. Hati nurani bertindak sesuai dengan norma-norma kebenaran akan
menjadikan manusianya memiliki kejujuran, ia akan menjadi manusia jujur.
Sebaliknya orang yang secara terus menerus berpikir atau bertindak bertentangan
dengan hati nuraninya akan selalu mengalami konflik batin, ia akan terus
mengalami ketegangan dan sifat kepribadiannya yang semestinya tunggal jadi
terpecah. Keadaan demikian sangat mempengaruhi pada jasmanimaupun rokhaninya
yang menimbulkan penyakit psikoneorosa. Perasaan etis atau susila ini antara
lain wujudnya sebagai kesadaran akan kewajiban, rasa keadilan ataupun ketidak
adilan. Nilai-nilai etis ini dikaitkan dengan hubunhan manusia dengan manusia
lainnya.
Selain nilai etis yang
ditujukan kepada sesama manusia, hati nurani berkaitan erat juga dalam hubungan
manusia dengan Tuhan. Manusia yang memiliki budi nurani yang amat peka dalam
hubungannya dengan Tuhan adalah manusia agama yang selalu ingat kepadaNya,
sebagai sang Pencipta, selalu mematuhi apa yang diperintahnya, berusaha untuk
tidak melanggar larangan Nya, selalu mensyukuri apa yang diberikan Nya, selalu
merasa dirinya berdosa bila tidak menurut apa yang digariskan Nya, akan selalu
gelisah tidur bila belum menjalankan ibadah untuk Nya. Berbagai hal yang
menyebabkan orang berbuat tidak jujur, mungkin karena tidak rela, mungkin
karena pengaruh lingkungan, karena sosial ekonomi, terpaksa ingin populer,
karena sopan santun dan untuk mendidik. Dalam kehidupan sehari-hari jujur atau
tidak jujur merupakan bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia itu sendiri.
1. 2. Kecurangan
Kecurangan atau curang
identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik,
meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Curang
atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud
memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha.
Kecurangan menyebabkan
manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan
tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang
bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita.
Bermacam-macam sebab orang
melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ada
empat aspek yaitu:
§ aspek ekonomi,
§ aspek kebudayaan;
§ aspek peradaban;
§ aspek tenik.
Apabila ke empat aspek
tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan
norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi apabila manusia dalam hatinya
telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki,maka manusia akan melakukan perbuatan
yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan. Tentang baik dan buruk
Pujowiyatno dalam bukunya “filsafat sana-sini” menjelaskan bahwa perbuatan yang
sejenis dengan perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas, memalsu
dan lain-lain adalah sifat buruk. Lawan buruk sudah tentu baik. Baik buruk itu
berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan –akan ada
perlawanan antara baik dan buruk. Baik merupakan tingkah laku, karena itu
diperlukan ukuran untuk menilainya, namun sukarlah untuk mengajukan ukuran
penilaian mengenai hal yang penting ini. Dalam hidup kita mempunyai semacam
kesadaran dan tahulah kita bahwa ada baik dan lawannya pada tingkah laku
tertentu juga agak mudah menunjuk mana yang baik, kalau tidak baik tentu buruk.
1. 3. Pemulihan Nama Baik
Nama baik merupakan tujuan
utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang
menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi
teladan bagi orang/tetangga adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai
harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau
perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah
laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu
antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara
menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya.
Tingkah laku atau perbuatan
yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia
yaitu ;
ü
manusia menurut sifatnya adalah mahluk bermoral,
ü
ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk
mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya pemulihan
nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang
diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.
Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq bentuk jamak dari khuluq dan dari akar
kata ahlaq yang berarti penciptaan. Oleh karena itu tingkah laku dan perbuatan
manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu orang
harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan ahlak yang baik.
Ada tiga macam godaan yaitu ;
§ derajad / pangkat,
§ harta;
§ wanita.
Bila orang tidak dapat
menguasai hawa nafsunya, maka ia akan terjerumus kejurang kenistaan karena
untuk memiliki derajat/pangkat, harta dan wanita itu dengan mempergunakan jalan
yang tidak wajar. Jalan itu antara lain, fitnah, membohongi, suap, mencuri,
merampok, dan menempuh semua jalan yang diharamkan.
1. 4. Pembalasan
Pengertian pembalasan
adalah reaksi atas perbuatan orang lain yang dilakukan kepada kita yang kita
ungkapkan baik secara positif maupun negatif. Pembalasan merupakan suatu reaksi
atau perbuatan orang lain. Reaksi itu berupa perbuatan yang serupa, perbuatan
yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Sebagai
contoh ; A memberikan makanan kepada B, dilain kesempatan b memberikan minuman
kepada A. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan serupa, dan ini merupakan
pembalasan.
Dalam Al-Qur`an terdapat
ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan bagi yang bertaqwa
kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun
diberikan pembalasan, dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang
seimbang, yaitu siksaan di neraka.
Pembalasan disebabkan oleh
adanya pergaulan , pergaulan yang bersabahat mendapat balasan yang bersahabat,
sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak
bersahabat pula.
Pada dasarnya manusia
adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral,
lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah
perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia lain.
Jenis-jenis Manusia dan Keadilan
Manusia dan Keadilan Keadilan menurut
Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan
sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak
dan terlalu sedikit. Kedua ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang
dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasannya
dikendalikan oleh akal. Sedangkan menurut Socrates, keadilan tercipta
bilamana warga negara sudah mersakan bahwa pihak pemerintah sudah
melaksanakan tugasnnya dengan baik Jadi keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
b. Keadilan Distributif
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
1) Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral
2) Ada aturan – aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahanya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak. Oleh karena itu, tingkah laku dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu, orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan akhlak yang baik. Ada tiga macam godaan yaitu derajat / pangkat, harta dan wanita.
Bila orang tidak dapat menguasai hawa nafsunya, maka ia akan terjerumus ke jurang kenistaan antara lain, fitnah, membohong, suap, mencuri, merampok, dan menempuh, semua jalan yang diharamkan. Hawa nafsu yang tidak tersalurkan melalui sungai yang baik, yang benar, akan meluap kemana-mana yang akhirnya sangat berbahaya. Pembalasan Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Jenis-jenis Keadilan
a. Keadilan legal atau Keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani
umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu
masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut
sifat dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut keadilan
moral,sedangkan sunoto menyebutkan keadilan legal. Keadilan timbul
karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras
kepada bagian -bagian yang membentuk suatu masyarakat.
Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut kemampuannya.
b. Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal
yang sama diperlakukan secara sama dan hal -hal yang tidak sama. Contoh
dalam hal pembagian bonus kerja dalam perusahaan yang sering kali
memukul rata, tanpa melihat beban kerja yang dilakukan.
c. Keadilan komunikatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan
asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang
bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau
bahkan menghancurkan pertalian dan masyarakat.
Pemulihan Nama Baik Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama
baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati
-hati agar namanya tetap baik. Lebih – lebih jika ia menjadi teladan
bagi orang / tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang
tak ternilai harganya. Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata
lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada
malu”. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi
taruhanya.
Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak – ankanya “jagalah nama
keluargamu !” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama
baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga
berarti menjaga nama baik. Penjaga nama baik erat hubungannya dengan
tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak
baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan
tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara
bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang,
perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.
Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
1) Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral
2) Ada aturan – aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahanya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak. Oleh karena itu, tingkah laku dan perbuatan manusia harus disesuaikan dengan penciptanya sebagai manusia. Untuk itu, orang harus bertingkah laku dan berbuat sesuai dengan akhlak yang baik. Ada tiga macam godaan yaitu derajat / pangkat, harta dan wanita.
Bila orang tidak dapat menguasai hawa nafsunya, maka ia akan terjerumus ke jurang kenistaan antara lain, fitnah, membohong, suap, mencuri, merampok, dan menempuh, semua jalan yang diharamkan. Hawa nafsu yang tidak tersalurkan melalui sungai yang baik, yang benar, akan meluap kemana-mana yang akhirnya sangat berbahaya. Pembalasan Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
Pengertian Manusia dan Keadilan
Keadilan
menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manuia dan kelayakan dapat
di artikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit.kedua jung ekstrem itu menyangkut dua orang atau
benda bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah di
tetapkan,maka masing - masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang
sama.
Bebicara keadilan sosial kadilan sosial terdapat dalam pancasila yg kelima berbunyi : keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. maka keadilan sosial itu adalah adamya rasa tidak egois/tdak menang sendiri dalam mencakup kebutuhan luas,kemudian keadilan sosial itu harus di tanamkan di dalam diri manusia terutama di linkungan sosial.dan dalam dokumen lainnya keadilan juga di deskripsikan oleh presiden Bpk.Soekarno, di dalam pancasila dan setelah itu beliau menjelaskan bahwa prinsip itu di jelaskan sebagai prinsip.
"Tidak ada kemiskinan di
dalam indonesia
merdeka, dan usul dari penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian
kesejahteran dan keadilan”.
Kemudian bung hatta dalam uraiannya mengenai sila kelima dan beliau menulis sebagai berikut.keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan indonesia yang adil dan makmur.dan selanjutnya beliau juga menjabarkan bahwa para pemimpin yang menyusun uud 45 percaya bahwa adanya keadilan sosial di dalam bidang ekonoi ialah dapat mencapai kemakmuran yg merta. Kemudian ada berbagai macam keadilan yaitu :
1.keadilan legal atau keadilan
moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani uu dan masyarakat yang membuat dan mejaga kesatuannya.kemudian dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun) pendapat plato itu di sebut keadilan legal dan menurut sunoto dalah keadilan moral. maksud dari pendapat plato adil juga bisa memahami dan mempunyai kebijakan dan tidak egois sesuai dengan masyarakat itu sendiri kemudian semua keadilan harus bisa tertanam di hati setiap orang.
2.keadilan distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal - hal yang sama di perlakukan secara sama(justice is done when equals are treated equally). maksud dari aristoteles keadilan itu harus sama tanpa adanya rasa pilh kasih.contoh ; Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata All menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadian Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
3.Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani uu dan masyarakat yang membuat dan mejaga kesatuannya.kemudian dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun) pendapat plato itu di sebut keadilan legal dan menurut sunoto dalah keadilan moral. maksud dari pendapat plato adil juga bisa memahami dan mempunyai kebijakan dan tidak egois sesuai dengan masyarakat itu sendiri kemudian semua keadilan harus bisa tertanam di hati setiap orang.
2.keadilan distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal - hal yang sama di perlakukan secara sama(justice is done when equals are treated equally). maksud dari aristoteles keadilan itu harus sama tanpa adanya rasa pilh kasih.contoh ; Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata All menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadian Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
3.Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Masalah Kejiwaan
Macet Penyebab Stres hingga Gangguan Kejiwaan
KEMACETAN
di Kota Jakarta semakin parah. Tidak hanya menyebabkan kerugian materi,
pengemudi kendaraan juga dilanda frustrasi, stres, hingga gangguan
kejiwaan.
Sudah menjadi pemandangan sehari-hari, saat jam pergi dan pulang kantor, ruas jalan di Jakarta tampak seperti tempat parkir raksasa. Berbagai kendaraan, mulai mobil, motor, bus, hingga angkutan umum berjalan tersendat.
Cerita Kooswardini Wulandari, 27, bisa menjadi contoh bagaimana macet sudah begitu mengkhawatirkan. Saban hari, untuk mencapai kantornya di bilangan Jalan Gatot Subroto, Jakarta, dari rumahnya di kawasan Kemang Pratama, Bekasi, dia harus melewati “jalur neraka”.
Jalur sepanjang 30 kilometer itu dilaluinya hingga berjam-jam. Macet bahkan sudah terjadi di dalam ruas jalan tol dalam kota yang seharusnya bebas hambatan. Tak ayal Dini, panggilan karibnya, selalu menyiasatinya dengan bangun lebih pagi. Jika tidak, bisabisa dia telat masuk kantor. “Padahal dulu sekitar dua tahun lalu, satu jam lebih juga sudah sampai,” ujarnya.
Dampaknya bisa ditebak, perempuan yang berprofesi sebagai account supervisor itu merasa kelelahan. Kantung mata tampak jelas di wajahnya. Tidak hanya fisik, Dini juga didera gangguan psikis. Walau tak sampai menjadi depresi, menangis sepanjang perjalanan sering dialaminya. Dia juga merasa kurang produktif bekerja akibat sudah terlampau capek sampai kantor.
Kisah Dini mungkin juga dialami oleh warga Jakarta lainnya. Data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan, pada setiap harinya populasi kendaraan bertambah sekitar 1.172 kendaraan. Sementara, pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Efeknya, ekspresi kekesalan seperti umpatan, gerutuan, dan makian lantas ditumpahkan para pengguna jalan. Bahkan, bisa berujung pada perasaan stres dan depresi karena kesal dan jengkel selalu terkena macet di jalan. Sebuah penelitian pada tahun lalu di Inggris menyebutkan, jalanan macet dapat menyebabkan seseorang menderita gangguan yang disebut dengan traffic stress syndrom (TSS). Gejalanya antara lain peningkatan detak jantung, telapak tangan mulai berkeringat, hingga kram perut. Seseorang yang mengalami TSS akan mulai muncul gejala stres dalam waktu 3-5 menit.
“Mengalami TSS akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku pengemudi, seperti kehilangan konsentrasi, sulit untuk fokus dan mengemudi secara berbahaya atau berisiko,” ujar David Moxon, Kepala Psikologi dari Peterborough Regional College, Inggris, seperti dilansir Roadsafe.org.
Namun, apa benar macet bisa mengganggu psikis seseorang? ”Tergantung bagaimana seseorang bisa beradaptasi dengan situasi tersebut,” jawab psikiater dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dr Endah Ronawulan SpKJ kepada SINDO.
Orang yang mudah beradaptasi, menurut dia, dapat langsung menyiasati problem terjebak macet dengan baik. Jika tidak dapat beradaptasi, maka risiko menderita stres semakin meningkat. Stres yang dialami akan mengarah pada rasa cemas atau gelisah, tidak sabar, kelelahan, perasaan emosional, dan mudah marah. Adapun yang paling parah adalah terjadi stres berat dengan melakukan suatu tindakan yang tidak terkontrol.
”Sebenarnya mereka yang tidak bisa beradaptasi sudah punya bakat untuk stres, tinggal pemicunya saja,” kata Endah.
Kemampuan adaptasi ini, menurut Endah, dipengaruhi kepribadian asli seseorang, yang sudah terbentuk sejak lahir. Karakter itu misalnya pemarah, supel, perfesionis, dramatisasi, tidak bisa diam, pendiam atau tenang.
”Orang yang karakter perfeksionis, misalnya, merasa waktunya terbuang percuma karena macet, jadinya marah-marah.Atau yang dramatisasi, dia merasa sudah berjam- jam macet, padahal baru beberapa menit,” katanya.
Atau bisa juga karena orang tersebut telah menderita masalah kejiwaan atau gangguan psikologis yang berat, seperti rasa cemas berlebihan, manik depresif, dan fobia.
”Ada pasien saya yang langsung berdebar dan sesak napas waktu macet karena dia panik.
Langganan:
Postingan (Atom)